Kurir Mode Hardcore
![]() |
Ilustrasi Kurir JNE (Sumber: OpenAI) |
Jaka Nindyo Erawan, kurir JNE yang terkenal dengan slogan pribadinya, "Paket adalah nyawa, keterlambatan adalah dosa!", hari itu mendapat tugas yang luar biasa sulit: mengantar paket ke rumah Bu Rosidah di puncak gunung terpencil, di mana sinyal pun hanya bisa didapat dengan berdiri di atas batu sambil berdoa.
"Bang, seriusan nih? Ke sana? Nggak ada opsi pengiriman lewat drone atau burung gagak aja gitu?" tanya Jaka setengah putus asa.
Dedi, kepala gudang, hanya tersenyum penuh arti. "Udah... Anterin aja! Inget motto kita! SAT SET, Bos!"
Jaka menelan ludah. Dengan motor bututnya yang lebih sering mogok daripada jalan, ia pun memulai perjalanan.
***
Pertama-tama, ia harus melewati gang sempit di mana ibu-ibu arisan duduk berjejer, siap meneror siapa pun yang berani melintas dengan tatapan penuh kecurigaan.
Dengan kecepatan cahaya, Jaka menunduk, menghindari serangan verbal khas "Duh, anak siapa nih, ganteng-ganteng kok masih jomblo?" sambil terus melaju.
Begitu berhasil lolos, ujian kedua muncul: sekelompok kambing liar yang entah bagaimana punya naluri untuk menyerang kurir.
Jaka, dengan keahlian yang hanya bisa didapat dari bertahun-tahun mengantar paket di daerah ekstrim, melakukan manuver zig-zag.
"Maaf, Kambing, aku nggak ada makanan!" katanya sambil menghindari tandukan.
Hujan pun turun, memperparah keadaan. Jalanan menjadi licin dan berkabut, dan GPS mulai berhalusinasi, mengarahkan Jaka ke sungai.
"Serius, Google? Mau bikin aku jadi kurir amfibi?" gerutunya.
Akhirnya... Dengan hati-hati, ia mencoba menavigasi jalan. Namun, bencana datang tanpa aba-aba—motornya mendadak mogok tepat di tanjakan curam!
"Astaga...! Jangan sekarang dong!" Jaka panik, mencoba menyalakan mesin, tetapi roda belakang justru mulai mundur pelan-pelan.
Disaat genting, seorang bapak tua penggembala muncul entah dari mana dan langsung menahan motor Jaka agar tidak terguling.
"Nak, kalau mau naik gunung pakai motor, minimal kasih dia semangat dulu. Coba elus tanki bensinnya, kasih motivasi," ujar bapak itu.
Jaka nyaris menangis. "Pak, yang butuh motivasi ini saya, bukan motornya!"
Setelah usaha ekstra dan dorongan dari bapak tua itu, akhirnya ia berhasil menyalakan mesin dan melanjutkan perjalanan dengan napas tersengal.
***
Setelah melewati tanjakan ekstrem dan hampir ditabrak tukang bakso yang kebut-kebutan, Jaka akhirnya sampai di depan rumah Bu Rosidah.
Tapi...
Cobaan belum selesai...
Di depan pagar berdiri seorang nenek dengan tatapan penuh kecurigaan.
"Mau apa, Nak? Mau nipu ya? Kurir palsu? Saya sudah sering lihat di TV!" bentak nenek itu sambil mengacungkan sendok sayur.
Jaka menelan ludah. "Nggak, Nek! Ini paket buat Bu Rosidah."
"Mana buktinya? Mana surat tugasmu? KTP? SKCK? Ijazah terakhir? Golongan darah? Zodiak? MBTI?! Saya nggak percaya sama orang yang kepribadiannya nggak jelas!" desaknya.
Sontak Jaka bingung dan menjawab dengan pasrah "Sa-saya ESTP, Nek..."
Nenek itu masih tak bergeming.
"Mana buktinya? Mana sertifikat tes MBTI-mu?"
Jaka menghela napas dalam. "Nek, saya ini kurir, bukan peserta seminar self-development."
Nenek itu diam sejenak, menatap Jaka dari ujung kepala sampai ujung kaki, seperti sedang menilai apakah dia cukup 'ESTP' untuk dipercaya.
"Hmmm... ya sudah, masuk sana! Tapi awas kalau bohong, saya punya feeling seorang INFJ!"
Jaka menelan ludah, "Ma-makasih, Nek..." Ucapnya akhirnya.
Setelah melalui wawancara yang lebih ketat dari ujian CPNS itu, Jaka akhirnya diizinkan masuk.
Dengan tangan gemetar, ia menyerahkan paket. Bu Rosidah membuka kotaknya dan menemukan... sebuah remote TV.
"Astaga, Mas! Makasih, ya! Ini remote buat suami saya yang nggak bisa hidup tanpa nonton bola! Kalau ini nggak sampai hari ini, bisa perang dunia!" katanya dengan dramatis.
Jaka terdiam. Semua perjuangan tadi... untuk sebuah remote?
Tapi kemudian, ia tersenyum. Bukan soal paketnya, tapi soal perjuangan. Karena itulah yang dilakukan kurir JNE: mengantar harapan, sekecil apa pun bentuknya.
Ia teringat cerita para kurir senior—tentang mereka yang mengantar obat di tengah malam, dokumen penting untuk operasi, atau sekadar kado ulang tahun untuk orang yang jauh dari keluarga.
Kadang yang terlihat sepele bagi orang lain adalah segalanya bagi penerimanya.
Di balik jas hujannya yang basah, Jaka tertawa kecil dan menggelengkan kepala. Malam ini, ia benar-benar memahami arti Connecting Happiness.
Kurir bukan sekadar pekerjaan. Ini tentang berbagi, memberi, dan menyantuni—tentang memastikan bahwa sekecil apa pun paketnya, tetap harus sampai di tangan yang menunggu dengan harapan.
Dan seperti biasa, melesat SAT SET, pantang mundur, walau absurd!
***
#JNE #ConnectingHappiness #JNE34SatSet #JNE34Tahun #JNEContentCompetition2025 #JNEInspirasiTanpaBatas
Gabung dalam percakapan