Menyingkap Rahasia Otak: Khoyal, Hitsul Musytarak, dan Wahm dalam Sains Modern
![]() |
Menyingkap Rahasia Otak (Sumber Gambar: OpenAI) |
Pernah nggak sih, kamu kepikiran bagaimana manusia bisa punya kemampuan mengingat, berpikir, bahkan merasa takut? Ternyata, jauh sebelum neurosains modern berkembang, para filsuf Islam seperti Ibnu Sina sudah membahas konsep terkait ini dengan istilah-istilah yang populer, yaitu khoyal, hitsul musytarak, dan wahm.
Menariknya, konsep ini nggak sekadar filosofi kuno, tapi punya kesamaan luar biasa dengan penemuan ilmu otak masa kini.
Di artikel ini, kita akan bedah hubungan antara filsafat Islam dan sains modern. Siap? Yuk, kita mulai!
Apa Itu Khoyal, Hitsul Musytarak, dan Wahm?
1. Khoyal: Imajinasi yang Tak Terbatas
Khoyal itu gampangnya adalah kemampuan kita buat mengingat gambar atau kejadian, terus memainkannya lagi di otak seperti film. Dalam filsafat Islam, khoyal dianggap pusat kreativitas dan imajinasi. Tapi, ada yang lebih menarik dari itu.
Khoyal juga berfungsi sebagai ruang penyimpanan untuk semua gambaran yang pernah kita lihat atau alami. Misalnya, saat kamu sedang melamun dan tiba-tiba membayangkan ulang perjalanan ke pantai minggu lalu, itu kerjaan khoyal.
Sains Bicara Apa?
Dalam neurosains, fungsi ini dihubungkan dengan hipokampus (pusat memori) dan korteks prefrontal (pusat berpikir kreatif). Kedua bagian otak ini bekerja sama untuk "menyimpan" dan "mengedit ulang" gambar atau memori.
Tapi, apa manfaat imajinasi ini?
Jawabannya, Banyak banget!
Imajinasi membantu kita merencanakan masa depan. Bayangkan kamu sedang memikirkan cara terbaik buat presentasi di depan kelas atau meeting kantor. Itu semua hasil kerja khoyal.
Khoyal juga bikin kita bisa berpikir kreatif. Misalnya, saat kamu mendesain poster atau mencari solusi out-of-the-box untuk masalah sehari-hari.
Fakta Seru:
Studi neurosains menemukan bahwa anak-anak cenderung menggunakan khoyal lebih sering karena otak mereka masih berkembang. Sebab itu, imajinasi mereka sering lebih liar dan kreatif dibanding orang dewasa.
2. Hitsul Musytarak: Pusat Semua Indra
Kalau makan apel, kamu kan nggak cuma lihat warnanya, tapi juga bisa merasakan manisnya, teksturnya, bahkan baunya. Nah, dalam filsafat Islam, kemampuan untuk menyatukan semua informasi itu namanya hitsul musytarak.
Filsuf seperti Ibnu Sina menggambarkan hitsul musytarak sebagai "ruang kontrol" yang mengumpulkan semua data dari pancaindra. Jadi, tanpa fungsi ini, kita nggak akan bisa merasakan pengalaman dunia sebagai satu kesatuan.
Pandangan Sains Modern:
Sains menyebut ini sebagai integrasi sensorik, yang terjadi di korteks asosiasi multisensorik. Proses ini memastikan informasi dari berbagai indera bisa bekerja sama.
Kasus Menarik:
Beberapa orang mengalami gangguan integrasi sensorik, seperti mereka yang berada dalam spektrum autisme. Gangguan ini bisa membuat mereka merasa "kewalahan" dengan suara, cahaya, atau tekstur tertentu, karena otak mereka kesulitan menyatukan semua informasi itu dengan lancar.
Manfaat memahami hitsul musytarak:
Bagi orang dengan gangguan sensorik, terapi integrasi sensorik bisa membantu meningkatkan kualitas hidup.
Kamu bisa lebih menghargai pengalaman sehari-hari, seperti menikmati makanan atau mendengarkan musik, karena tahu betapa kompleksnya kerja otak kita.
3. Wahm: Intuisi yang Sering Salah
Pernah merasa curiga sama orang padahal nggak ada bukti? Itu kerjaan wahm. Dalam filsafat Islam, wahm adalah kekuatan jiwa yang memberi kita "feeling" terhadap sesuatu, biasanya terkait emosi atau bahaya.
Tapi tunggu, wahm nggak selalu buruk. Kadang, feeling ini justru menyelamatkan kita. Misalnya, saat kamu merasa ragu menyeberang jalan karena ada kendaraan yang mendekat. Itu intuisi wahm yang bekerja!
Apa Kata Sains?
Wahm ini mirip dengan fungsi amigdala, bagian otak yang memproses emosi seperti takut atau curiga. Amigdala sangat aktif dalam situasi stres atau berbahaya, membantu kita membuat keputusan cepat.
Namun, amigdala juga bisa berlebihan bekerja. Inilah sebabnya kita kadang merasa takut atau khawatir tanpa alasan jelas. Untungnya, bagian otak lain seperti korteks prefrontal bertugas mengontrol respons ini, memastikan kita nggak selalu terjebak dalam ketakutan.
Mengapa Ini Penting?
Sekarang, kamu mungkin bertanya-tanya, kenapa sih kita perlu tahu soal ini? Jawabannya simpel: memahami fungsi otak itu nggak cuma keren, tapi juga berguna banget buat kehidupan sehari-hari.
- Untuk Kreativitas: Pahami cara kerja khoyal supaya bisa mengasah imajinasi. Cocok buat kamu yang suka seni atau pengen jadi inovator.
- Untuk Empati: Mengerti bagaimana wahm bekerja bisa bikin kita lebih bijak saat merasa curiga atau takut.
- Untuk Mindfulness: Dengan tahu cara kerja hitsul musytarak, kamu bisa lebih sadar sama pengalaman sensorik, kayak menikmati makanan atau suasana alam.
Baca Juga: Artikel "Menjaga Kesehatan Mental Saat Musim Flu, Tips Agar Tetap Happy!”
Kesimpulan
Khoyal, hitsul musytarak, dan wahm bukan cuma teori jadul dari filsafat Islam. Ketiganya ternyata relevan dengan neurosains modern dan membuktikan bahwa pemikiran manusia itu luar biasa, bahkan sejak ratusan tahun lalu. Jadi, yuk, terus belajar, baik dari masa lalu maupun sains hari ini, untuk lebih memahami otak dan jiwa kita!
Gimana menurut kamu? Sudah merasa lebih paham soal otak dan jiwa? Tulis komentar kamu di bawah!
Gabung dalam percakapan